saat dualisme kompetisi pada 2011 mulai memunculkan banyak masalah. Persibo jadi musuh utama klub-klub ISL, karena Persibo memilih menyeberang ke kompetisi ilegal, Liga Primer Indonesia (LPI).
Masalah finansial membuat Persibo harus mengambil langkah dengan hengkang dari ISL yang dinaungi PSSI. Persibo sempat di atas angin ketika pada musim 2011-2012 berlaga di kompetisi resmi di bawah rezim baru PSSI di bawah Djohar Arifin.
Persibo mampu menjuarai Piala Indonesia setelah mengalahkan Semen Padang pada partai final. Kemenangan itu membuat Persibo berhak berlaga di Piala AFC 2013 mewakili Indonesia.
Namun, 2013 inilah Persibo berada di titik nadir yang berujung pada keruntuhan tim ini.
Pada Piala AFC, Persibo yang dinakhodai Gusnul Yakin, pelatih yang memberi gelar juara Divisi I 2007, tak pernah menuai kemenangan dan hanya jadi bulan-bulanan tim lain.
Bahkan Persibo sempat dicurigai bekerjasama dengan bandar judi karena kekalahan telak secara beruntun. Gusnul Yakin sebagai pesakitan menyusul kekalahan memalukan saat Persibo saat dihajar Sunray Cave Sun Hei 8-0 pada pertandingan AFC Cup 2013 di Stadion Mong Kok, Hongkong.
Komdis PSSI yang saat itu diketuai Hinca Panjaitan mengeluarkan hukuman yang sangat berat kepada elemen tim Persibo. Pelatih kepala Gusnul Yakin, Bambang Pramuji (asisten pelatih), Iman Nurcahyo (media officer) dan Nur Yahya (manajer) dijatuhi hukuman seumur hidup tidak boleh berkecimpung di sepak bola Indonesia.
Ofisial Persibo mengungkapkan, sebelum menjalani babak kualifikasi AFC Cup, Persibo sudah terkena kendala finansial. Akibatnya, gaji pemain terlambat dibayarkan, sekaligus kontrak pemain yang belum jelas. Karena itulah, pemain-pemain Persibo memutuskan untuk mogok bertanding.
Selain itu, uang jatah match fee untuk Persibo, yang sejatinya akan dipergunakan untuk membayar gaji pemain ternyata ditahan oleh PSSI. Karena itulah pihak klub sudah pasrah untuk tidak berangkat ke Hongkong, dan pemain pun sepakat untuk pulang ke rumah masing-masing, tidak lagi berkumpul di mes Persibo.
Dua hari menjelang hari H, manajer tim Nur Yahya mendapat telpon dari petinggi PSSI, yang menyuruh Persibo untuk berangkat. Sedangkan masalah pendanaan akan dibantu oleh PSSI.
Manajemen bingung, bagaimana bisa dalam satu hari harus mengumpulkan para pemain yang sudah terlanjur menyebar pulang? Saat dihubungi per telpon, para pemain juga mengajukan syarat, akan ikut berangkat jika manajemen membayar dimuka gaji mereka yang tertunda, atau minimal diberi uang saku didepan.
Akhirnya, manajemen hanya mampu mengumpulkan 11 pemain saja yang berkomitmen. Tim Persibo pun berangkat hanya satu hari menjelang pertandingan. Tiba di Hongkong, pemain sudah disambut dengan udara dingin, sesuatu yang tidak mereka prediksikan dan antisipasi sebelumnya.
Setelah laga melawan Sunray Cave Sun Hei itu, koran South China Morning Post edisi Rabu 10 April 2013 menulis: 'Disgrace' as Persibo force referee to stop match. Persibo dianggap 'memaksa' wasit menghentikan pertandingan karena ketika menit ke-65, tinggal menyisakan enam pemain di lapangan.
Persibo tandang ke Hong Kong hanya membawa 12 pemain. Mereka memiliki satu cadangan, yakni Didik Bagus Triyono. Persibo memang sedang krisis pemain.
Selain soal keuangan, ada tiga pemain terkena akumulasi kartu dan tiga pemain tak tak berangkat karena persoalan visa. Laskar Angling Darma seperti kehilangan semangat bermain dan akal. Satu per satu pemain berjatuhan hingga menyisakan enam pemain di lapangan. Wasit menghentikan pertandingan. Wasit Chaiya Mahapab menghentikan pertandingan karena batas minimal pemain di lapangan seharusnya tujuh orang. Tim Sunray bengong. "Tak ada yang percaya mereka cedera."
Pelatih Sun Hei, Chiu Cung Man mengaku kecewa dengan tidak selesainya pertandingan melawan Persibo. Menurutnya, pertandingan melawan Persibo diproyeksikan sebagai mengejar poin agar lolos dari babak grup.
"Kami bermain baik dan mencetak banyak gol. Kami tidak berharap menerima situasi seperti itu dari Persibo. Mereka tidak ada semangat sportivitas," ujar Chiu Cung Man seperti dikutip laman AFC.
0 Komentar